cryptocurrency
5 Fakta Menarik Bitcoin, Bisa Jadi Aset Utama Kripto
Jika Anda adalah seorang penggemar berat salah satu mata uang kripto ini, setiap pergerakannya tentu mengundang rasa penasaran dan membuat berdebar.
Bagaimana tidak, Bitcoin, sang pelopor mata uang kripto ini mengalami kenaikan harga mencapai 300 persen di tahun 2020. Meski sempat meradang beberapa bulan terakhir ini, Bitcoin tetap menjadi primadona di antara mata uang kripto lainnya.
Tidak sedikit para investor dan trader yang ingin terjun ke dunia kripto. Sebelum menjatuhkan Bitcoin sebagai pilihan aset mata uang kripto Anda, simak beberapa fakta Bitcoin ini.
Baca juga: Mengulik Sejarah Panjang Cryptocurrency di Dunia & Indonesia
1. Bitcoin adalah mata uang generasi ketiga
Manusia telah melakukan transaksi menjual, membeli dan memperdagangkan barang sejak zaman dahulu. Mata uang hadir sebagai konsep yang sangat berbeda dari sistem sebelumnya. Mata uang pertama menyimpan nilai intrinsik. Dapat berupa barang seperti ubi hingga logam mulia.
Di masa sistem ekonomi merkantilisme, jual beli emas menjadi sebuah obsesi yang memicu meluasnya penjajahan, imperialisme dan perang. Emas bahkan menjadi suatu standar kekayaan. Di suatu negara yang memiliki banyak emas, lebih berharga daripada kekayaan lain yang dimiliki negara tersebut.
Mata uang generasi kedua lahir setelah kritik Adam Smith terhadap kebijakan standar emas ini. Ia berargumen bahwa ekonomi harus tumbuh berdasarkan insentif, produktivitas, teknologi dan industrialisasi. Bukan berdasarkan pada berapa banyak emas yang dimiliki.
Argumen tersebut mencetuskan sebuah paham kapitalisme yang mempopulerkan uang fiat. Mata uang fiat, seperti rupiah, menyimpan nilai yang mudah dipindahkan dan dapat menjadi standar kekayaan suatu negara.
Bitcoin merupakan mata uang generasi ketiga. Meski tidak memiliki nilai intrinsik seperti emas dan logam mulia, atau nilai representatif seperti rupiah, mata uang kripto memiliki ketersediaan yang terbatas. Selain itu, Bitcoin dan koin kripto lainnya sulit dipalsukan dan dapat ditransfer tanpa melalui pihak ketiga.
2. Memiliki tujuan yang jelas
Bitcoin dikembangkan selama krisis keuangan yang melanda dunia dan tersedia untuk umum pada awal 2009. Apakah krisis tersebut menjadi suatu alasan mengapa Bitcoin berkembang begitu cepat, belum diketahui jawaban pastinya.
Namun Bitcoin berkembang atas dasar ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan dan ekonomi yang lumpuh. Sedangkan Bitcoin, dan mata uang kripto pada umumnya, menawarkan sebuah sistem yang menyediakan cara untuk melakukan transaksi pribadi tanpa perantara bank.
Bitcoin hadir menjadi mata uang kripto pertama yang menggabungkan kemudahan kartu kredit dengan privasi uang tunai, terlepas dari institusi pemerintah.
Satoshi Nakamoto menciptakan Bitcoin dengan sebuah tujuan yang jelas. Seperti yang tertulis dalam whitepaper yang ia tulis pada tahun 2008.
Dalam whitepaper tersebut secara rinci menjelaskan kekurangan mata uang yang ada dan digunakan saat ini, serta menguraikan manfaat jaringan peer-to-peer terdesentralisasi yang menghapus sistem perantara pihak ketiga seperti lembaga keuangan.
Masalah dan solusi yang diidentifikasi oleh pendiri Bitcoin, Satoshi Nakamoto, disimpulkan dengan baik melalui kutipan whitepaper-nya:
“Yang dibutuhkan adalah sebuah sistem pembayaran elektronik berdasarkan bukti kriptografi, bukan kepercayaan. Sistem yang memungkinkan dua pihak yang bersedia untuk melakukan transaksi secara langsung satu sama lain, tanpa memerlukan pihak ketiga yang terpercaya. Transaksi yang dilakukan secara komputasi akan melindungi penjual dari penipuan dan mekanisme escrow dapat melindungi pembeli.”
Bitcoin tidak didirikan untuk menghasilkan uang seperti perusahaan. Bitcoin memiliki tujuan untuk mengubah perdagangan dengan melindungi konsumen dari korupsi, baik dari pemerintah maupun lembaga.
3. Meski gagal sebagai mata uang, Bitcoin berhasil menjadi aset investasi
Bitcoin mampu bersaing untuk menjadi aset investasi pilihan, namun menjadi sebuah mata uang mengerikan. Mata uang fiat memang tidak mampu bersaing dengan Bitcoin dari segi keamanan dan fleksibilitas. Namun, lonjakan harga bitcoin memiliki efek yang serupa dengan hiperinflasi.
Mata uang fiat hadir untuk menstabilkan keuangan dan sistem pembayaran. Uang fiat dapat dengan mudah dikendalikan inflasinya. Seperti dolar AS yang menjadi standar mata uang dunia, pernah mengalami penurunan kurang dari 2% per tahun. Inflasi yang dialami oleh mata uang dolar tersebut dibarengi dengan meningkatnya tabungan dan upah.
Sebaliknya, Bitcoin dinilai tidak akan pernah bisa stabil jika harga terus bergerak secara signifikan dalam waktu yang singkat. Dalam sehari, harga Bitcoin dapat naik maupun turun sebesar 1% bahkan lebih dari 5% sehari.
Harga Bitcoin bahkan pernah turun sebesar 13% dalam sehari, dan menanjak naik 7% keesokan harinya. Volatilitas ini menjadi kelemahan fatal bagi Bitcoin sebagai mata uang.
Sebagai aset investasi, Bitcoin mampu menjadi alternatif dan solusi. Jika berinvestasi pada instrumen lain nilai akan dipengaruhi oleh gejolak pasar dan perekonomian dunia, namun tidak dengan Bitcoin.
Potensi kenaikan harga yang cukup signifikan dan sifatnya yang anti-inflasi, membuat Bitcoin semakin menarik untuk disimpan sebagai aset investasi. Selain itu, sistem keamanan anti-peretasan yang diberikan juga menjadi daya saing Bitcoin dan instrumen investasi lainnya.
Baca juga: Ini 5 Koin Kripto yang Paling Diminati & Populer di Indonesia
4. Menambang Bitcoin, susah-susah gampang
Salah satu cara untuk mengumpulkan kepingan koin Bitcoin adalah dengan menambang. Sudah menjadi rahasia umum jika Bitcoin lebih sulit ditambang dibandingkan mata uang lain.
Menambang Bitcoin adalah sebuah aktivitas dimana para penambang dengan keahlian komputasi yang baik, memecahkan suatu teka-teki algoritma untuk menambah blok baru dalam sistem jaringan blockchain.
Proses menambang ini memerlukan perangkat komputer yang canggih. Penggunaan perangkat komputer yang canggih ini dinilai mampu memudahkan proses menambang blok Bitcoin. Namun, tidak demikian kenyataannya. Semakin canggih perangkat yang digunakan, maka semakin sulit pula teka-teki yang harus dipecahkan.
Pencipta Bitcoin sejak awal kemunculannya, sudah membatasi jumlah Bitcoin yang akan ditambang, yakni sekitar 21 juta keping Bitcoin. Rata-rata satu blok Bitcoin ditambang setiap 10 menit. Di tahun 2020, dalam 1 blok akan menghasilkan 6,25 koin Bitcoin.
Kenaikan harga yang terus menghiasi perjalanan Bitcoin selalu menarik para investor dan penambang. Menambang Bitcoin akan terus memberikan keuntungan jika biaya operasional untuk perangkat komputer yang digunakan berada di bawah hasil dari menambang BItcoin.
5. Penggemar Bitcoin adalah musuh dalam selimut
Pada awal tahun 2021, nilai kapitalisasi pasar Bitcoin secara keseluruhan mencapai US$678 miliar. Angka ini tepat di belakang Alibaba Group dan di depan Taiwan Semiconductor Manufacturing.
Jika Bitcoin adalah sebuah perusahaan, Bitcoin tentu akan menjadi perusahaan paling berharga kesembilan yang diperdagangkan di bursa saham AS.
Lonjakan nilai Bitcoin sebagian besar dipengaruhi oleh minat Wall Street di dalamnya. Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, berubah pikiran dari yang semulanya menyebut Bitcoin sebuah penipuan, namun sekarang ia meyakini Bitcoin memiliki potensi keuntungan.
Paypal dan Square bahkan telah mengizinkan penggunanya untuk menjual dan membeli mata uang kripto. Manajer Hedge-Fund, sebuah perusahaan pengelola dana investasi, turut serta memulai menempatkan dana lindung di bursa kripto.
Sebuah ironi menyakitkan, dimana selama ini pendiri Bitcoin mencoba menghindari campur tangan institusi dan pihak ketiga, sekarang menjadi penggemar terbesarnya.
Perdagangan Bitcoin yang meningkat akan mendorong volatilitas yang menyebabkan peningkatan biaya transaksi dan membuat Bitcoin menjadi mata uang yang tidak efektif. Meskipun Bitcoin tetap berhasil sebagai aset investasi.
Itulah penjelasan mengenai fakta-fakta Bitcoin sebagai pelopor mata uang kripto. Selain dikenal sebagai primadona mata uang kripto, Bitcoin juga memiliki fakta lain yang dapat membuat Anda lebih memahami koin ini. Tertarik untuk mencoba?